Menjelang 17 Agustus, memperingati kemerdekaan Indonesia. Bagi masayarakat Desa Ciburial merupakan sebuah perhelatan akbar yang bukan biasa-biasa saja. Semuanya pada sibuk berpartisipasi dalam rangka mempersiapkan seremoni Agustusan dari semenjak jauh-jauh hari. Meskipun tanpa upah. Bahkan, seringkali harus nombok. Tapi tidak pernah ada cerita mengeluh. Senyum, senang, dan gembira, memestakan negara (meskipun banyak orang yang meledek bangsa ini). Mereka berpikir, oleh siapa lagi bangsa ini dicintai, disayangi, dan dipelihara, kalau bukan oleh warganya sendiri.
Gapura-gapura didirikan, rumah-rumah dicat, halaman rumah dibersihkan. Bersih, rapi, nyaman, begitu indah. Berbagai lomba diselenggarakan. Begitu juga pertunjukan kesenian rakyat dipersiapkan. Semua merasa mempunyai kewajiban untuk memperlihatkan kecintaan terhadap tanah air, meskipun dengan cara yang sederhana. Menampilkan kemampuan dan kreativitas, demi memeriahkan pesta negara, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Tidak pernah ada cerita yang mengeluh, meskipun untuk hal itu mereka tidak pergi ke sawah, ke kebun, tidak berdagang, malah sampai habis uang sendiri. Ini bukan berarti banyak uang, bukan karena kaya raya, bukan karena serba ada. Ini mereka lakukan dengan tulus demi turut serta menunjukkan rasa cinta terhadap negara, meskipun untuk ukuran kota hanya ala kadarna. Tidak ada parade band yang bintang tamunya band tersohor. Tidak ada lomba yang hadiahnya jutaan. Tidak ada sokongan dana dari pengusaha. Tidak ada sponsor dari produk komersil tertentu. Tapi anehnya perhelatan senderhana itu begitu asyik untuk dinikmati. Hadiah setiap lomba hanya barang-barang senilai puluhan ribu rupiah. Tetapi begitu menyentuh hati, begitu kena, makna seremoninya. Bangga, gembira, sedih, bergulung dalam satu rasa yang begitu sulit untuk digambarkan.
Dirgahayu Indonesiaku.
pertamaxxx
Merdeka !! tak perlu acara yang “wah” yang membutuhkan dana banyak kang, yang penting acara tersebut mempunyai makna yang jelas, maka saya kira acaranya akan meriah dan mantap kang… he he π
Salam
Nitip acara panjat pinangnya harus ada ya kang… π
salah satu ceremony yg selalu menyentuh hati saya ketika tirakatan malam 17-nya. di halaman yg cukup luas, kami melakukan kenduri mendoakan kesejahteraan bangsa indonesia, kemudian disambung dengan wejangan sesepuh desa yg dulu ikut berjuang (veteran) mempertahankan kemerdekaan.
itulah yang kadang bikin iri. mereka yang hidupnya pas-pasan bisa meluangkan waktunya demi sesuatu yang abstrak. kemerdekaan. kemerdekaan dari apa?
namun di sisi lain, kita yang berkecukupan merasa tidak berkepentingan dengan kegiatan yang tidak produktif ini dengan mewakilkan orang bayaran untuk kerja bakti atau cukup dengan menyumbang segepok uang demi pengakuan sosial.
tapi secara umum, masyarakat masih bergerak sendiri, swadaya sendiri dalam merayakan kemerdekaan ini. salut untuk mereka dan semoga kemerdekaan yang sejati benar-benar mampir kepada mereka…
biasanya di desa orang2nya lebih semangat dan kreatif kalo udah jelang hari kemerdekaan. Rasa persatuannya juga lebih keliatan π
MERDEKA !!!!
MERDEKA !!!!
MERDEKA !!!!
Bila ad teriakan bgitu di Bogor bisa di jawab dengan :
1. Ya…. Merdeka Mas/om/pak
2. Bukan Mas Jembatan Merah….., Lho kok jembatan merah?(karena sebelum sampai ke Merdeka melewati jembatan merah dulu)…. ah eta mah jalur angkot atuh.
hehehe.. merdekaaaaaaaaaaaaaaaa..
merdeka jugaaa…
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk sahabatku chayank
I love U Vuuuuuuullllll
Nuansa seperti itu juga terjadi didesa ya kang. Kami urunan untuk mengadakan acara lomba, hiburan dan lain-lain. Malam minggu nanti akann diadakan pengajian.
Hidup di desa lebih guyup,rukun dan gampang mengenal satu sama lain.
Salam hangat dari Surabaya.
yang jelas masih ada rasa nasionalisme-nyaa… iya kan?
merdeka!! π
respect buat judulnya….
emang sebenarnya warga desa sifat nasionalismenya tinggi…
salam peace from sidoarjo city person
Keikhlasan..
Itulah yang membuat asyik dinikmati dan terasa berkesan…